Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan
SNI 6427:2012 Metode Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan
Standar Nasional Indonesia tentang metode uji basah dan uji kering campuran tanah-semen dipadatkan adalah revisi dari SNI 03-6427-2000. Standar ini mengacu pada AASHTO Designation: T 135-97 (2005), Wetting-and-Drying Test of Compacted Soil-Cement Mixtures. Revisi dilakukan dengan penambahan formulir pengujian yang tidak terdapat pada versi sebelumnya.
SNI 6427:2012 Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan
SNI 6427:2012 Metode Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan |
|
---|---|
No. Urut |
: 42 |
Bahasa | : Bahasa Indonesia |
Halaman | : 25 Halaman |
Format | : Pdf |
Sumber | : Badan Standarisasi Nasional |
Nomor | : SNI 6427:2012 |
Sifat | : GRATIS |
Abstrak
Standar ini menguraikan tentang metode uji basah dan uji kering campuran tanah-semen yang telah dipadatkanpada kadar air optimum. Metode pengujian ini meliputi prosedur penentuan persentase kehilangan massa campuran tanah-semen, perubahan kadar air dan perubahan volume yang disebabkan oleh proses pembasahan dan pengeringan berulang pada benda uji campuran tanah-semen yang telah mengeras.
Pada standar ini terdapat dua metode uji yang diuraikan, yaitu metode A, menggunakan material tanah yang lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) dan metode B, menggunakan material tanah lolos ayakan 19,0 mm (3/4 inci).
Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan metode uji untuk menentukan persentase kehilangan massa campuran tanah-semen, perubahan kadar air dan perubahan volume (kembang dan susut) yang disebabkan oleh proses pembasahan dan pengeringan berulang pada benda uji campuran tanah-semen yang telah mengeras. Benda uji ini dipadatkan di dalam sebuah cetakan sebelum hidrasi semen sampai densitas maksimum pada kadar air optimum dengan menggunakan prosedur yang dijelaskan pada SNI 6886
Ada dua metode persiapan contoh material tanah untuk pembuatan benda uji yang tergantung pada gradasi tanah sebagai berikut :
Metode A
Metode ini menggunakan contoh tanah yang lolosayakan 4,75 mm (No. 4). Metode ini harus digunakan apabila 100 persen contoh tanah lolos ayakan 4,75 mm (No.4). Lihat 5.1 sampai 5.3.
Metode B
Metode ini menggunakan contoh tanah yang lolos ayakan 19,0 mm (3/4inci). Metode ini harus digunakan apabila sebagian dari contoh tanah tertahan pada ayakan 4,75 mm (No.4). Lihat 6.1 sampai 6.3.
Acuan Normatif
SNI 15-2049:2004 Semen Portland.
SNI 3422 : 2008, Cara Uji Penentuan Batas Susut Tanah.
SNI 03-6414-2002 Spesifikasi Timbangan yang Digunakan Pada Pengujian Bahan.
AASHTO M 240 Blended Hydraulic Cement.
SNI 1742 : 2008, Metode Pengujian Kepadatan Rigan untuk Tanah.
SNI 03-6886-2002 Metode Pengujian Hubungan Antara Kadar Air dengan Kepadatan pada Campuran Tanah-Semen.
SNI 1965:2008 Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
SNI 03-0797-2002 Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah Agregat untuk Konstruksi Jalan.
ASTM D 2168 Standard Test Methods for Calibration of Laboratory Mechanical-Rammer Soil Compactors.
Daftar Istilah
Benda uji adalah contoh tanah yang telah dipadatkan dan diratakan sesuai ukuran cetakan.
Contoh tanah adalah contoh material tanah lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) untuk metode A, atau lolos ayakan 19,0 mm (3/4 inci) untuk metode B.
Densitas basah adalah perbandingan antara massa benda uji basah dan volume total.
Densitas kering adalah perbandingan antara massa benda uji kering dan volume total.
Densitas kering maksimum adalah densitas kering yang paling besar yang diperoleh dari kurva hubungan antara kadar air dan densitas kering.
Kadar air adalah perbandingan antara massa air dan massa tanah kering konstan.
Kadar air optimum adalah kadar air yang paling cocok untuk cara pemadatan tertentu yang menghasilkan densitas kering maksimum.
Kehilangan massa campuran tanah semen adalah hilangnya massa campuran tanah-semen akibat penyikatan menggunakan sikat kawat secara kuat pada seluruh bagian benda uji.
Perubahan volume adalah proses berubahnya volume benda uji akibat pembasahan dan pengeringan.
Pembasahan adalah proses basahnya benda uji akibat perendaman 5 jam untuk 1 siklus sebanyak 12 siklus.
Pengeringan adalah proses keringnya benda uji akibat dioven 42 jam untuk 1 siklus sebanyak 12 siklus.
Perubahan kadar air adalah proses berubahnya kadar air akibat pembasahan dan pengeringan.
Tanah semen adalah campuran tanah, semen Portland dan air, sebenarnya semen pasir yang biasanya terdiri dari pasir alami dengan melalui prose salami dengan melalui proses pemadatan dan hidrasi semen, campuran ini akan mengeras engan ikatan butiran-butiran tanah yang bersama-sama membentuk bahan yang padat, awet, relative kedap air dan tahan erosi, biasanya digunakan khusus untuk pelindung lereng bendungan urugan
Peralatan Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen
1. Cetakan
Sebuah cetakan berupa silinder dari logam yang mempunyai volume (943000 ± 8) mm3 dan ukuran diameter dalam (101,60 ± 0,41) mm sesuai Gambar A (Lampiran A). Cetakan harus dilengkapi dengan leher sambung dengan tinggi kurang lebih (60,33 1,27) mm. Cetakan dapat berupa tipe belah yang terdiri dari dua bagian yang sama dan dapat dikunci dengan kuat dan rapat untuk membentuk silinder tertutup dengan ukuran sebagaimana diuraikan sebelumnya. Cetakan dan leher sambung harus dipasang pas (tidak bergerak) pada keping alas dan dapat dilepaskan. Sebagai alternatif, cetakan, leher sambung dan keping alas sesuai SNI 1742 : 2008.
2. Penumbuk
Penumbuk dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk berbentuk bundar (lingkaran) dan rata dengan diameter (50,80 0,13) mm dan massa (2,49 0,01) kg. Setelah digunakan berulangkali, diameter permukaan alat penumbuk tidak boleh melebihi (50,80 0,25) mm. Penumbuk harus dilengkapi dengan selubung yang dapat mengatur tinggi jatuh bebas sebesar (304,8 1,3) mm di atas permukaan contoh campuran tanah-semen yang dipadatkan. Selubung harus mempunyai paling sedikit 4 buah lubang udara dengan diameter tidak kurang dari 9,5 mm dan poros tegak lurus satu sama lain dengan jarak (19,0 1,6) mm dari kedua ujung. Selubung harus cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tanpa terganggu.
3. Alat untuk mengeluarkan benda uji
Terdiri dari sebuah dongkrak, pengungkit, rangka, atau alat lain yang sesuai untuk mengeluarkan benda uji dari dalam cetakan. Alat ini tidak diperlukan jika digunakan cetakan tipe belah.
4. Pisau perata
Sebuah alat perata dari baja yang kaku dengan panjang yang sesuai, tetapi tidak kurang dari 254 mm. Panjang total alat perata harus diukur lurus dengan toleransi 0,1 mm. Salah satu tepi sisi memanjang alat perata harus ditajamkan jika ketebalan alat perata ini lebih dari 3 mm.
5. Timbangan
Neraca skala dan timbangan harus memenuhi persyaratan SNI 03-6414-2002. Sebuah timbangan atau neraca skala yang memiliki kapasitas minimal 11,5 kg dan memenuhi persyaratan neraca untuk skala kelas G 20 (massa contoh di atas 5-20 kg dengan ketelitian 5 g atau 0,1%) serta sebuah timbangan dengan kapasitas minimal 1 kg dan sesuai dengan pesyaratan skala kelas G 2 (massa contoh 2 kg dengan ketelitian 0,1 g atau 0,1%).
6. Oven pengering
Oven pengering yang dikontrol secara termostatis dan mampu mempertahankan tingkat temperatur(110 5)oC (230 9) oF.
7. Ruang lembap
Ruang lembap yang tertutup dan mampu mempertahankan tingkat temperatur (21 1,7) oC (70 3) oF serta kelembapan relatif 100 persen untuk penyimpanan benda uji selama 7 hari.
8. Bak perendam
Bak yang cocok untuk merendam benda uji di dalam air pada temperatur ruang.
9. Sikat Kawat
Sikat kawat yang terbuat dari kawat rata ukuran (50 x 1,6) mm (2 x 1/16) inci No. 26 yang dikumpulkan dalam 50 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 utas kawat yang dipasang lima baris arah memanjang dan 10 baris arah melintang pada balok kayu keras ukuran (191 x 64) mm (71/2 x 21/2) inci.
10. Ayakan
Ayakan ukuran 75 mm (3 inci), 19,0 mm (3/4 inci), dan 4,75 mm (No.4) yang sesuai dengan persyaratanSNI 3422 : 2008.
11. Alat Pengaduk
Berbagai macam alat pengaduk seperti talam pencampur, sekop atau alat mekanis yang dapat mengaduk tanah, semen dan air.
12. Penggores
Penggores seperti garpu bergigi enam atau alat penggores lain yang sejenis untuk menggores bagian atas lapisan pertama dan kedua yang halus.
13. Cawan
Wadah berbentuk lingkaran dan rata, untuk penyerapan air oleh campuran tanah-semen, dengan diameter kira-kira 305 mm (12 inci) dan tinggi 50 mm (2 inci).
14. Alat Pengukur
Alat pengukur yang cocok untuk mengukur secara akurat tinggi dan diameter benda uji dengan ketelitian 0,25 mm (0,01 inci).
15. Talam atau Baki
Wadah yang cocok untuk menyimpan material atau baki untuk menyimpan benda uji.
16. Gelas Ukur
Gelas ukur berskala berbentuk silinder dengan kapasitas 250 mL untuk mengukur air.
17. Cawan Kadar Air
Cawan yang sesuai terbuat dari material tahan karat dan tahan terhadap perubahan berat akibat pemanasan berulang, pendinginan, tahan untuk material dengan pH bervariasi dan juga bersih.
Persiapan Material Untuk Pembuatan Benda Uji
Siapkan contoh tanah untuk pengujian dengan memecahkan gumpalan material tanah sampai lolos ayakan No. 4 (4,75 mm) sedemikian sehingga butiran aslinya tidak pecah. Jika diperlukan, keringkan material tanah terlebih dahulu sehingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan di udara terbuka atau menggunakan alat pengering dengan temperatur tidak lebih dari 60C.
Ambil sejumlah tanah secukupnya yang sudah dipersiapkan seperti dijelaskan pada SNI 03-6886-2002untuk memperoleh dua benda uji padat dan contoh kadar air yang diperlukan.
Tambahkan pada contoh tanah tersebut sejumlah semen yang diperlukan sesuai dengan persyaratan SNI 15-2049-1994 atau AASHTO M 240. Campurkan tanah dan semen secara menyeluruh hingga warna campurannya menjadi seragam.
Tambahkan air bersih secukupnya sampai kadar air campuran pada saat pemadatan mencapai kadar air optimum kemudian aduk dengan merata. Apabila tanah yang digunakan adalah tanah cenderung bertekstur lempungan, padatkan campuran tanah, semen, dan air dalam suatu wadah mencapai ketebalan kira-kira 51 mm (2 inci) dengan menggunakan penumbuk seperti yang dijelaskan pada SNI 1742 : 2008 atau penumbuk manual sejenis lainnya kemudian tutup dan biarkan minimal 5 menit dan maksimal 10 menit untuk membantu dispersi air dan memudahkan penyerapan air secara menyeluruh oleh campuran tanah dan semen.
Setelah selang waku penyerapan, hancurkan gumpalan campuran secara menyeluruh tanpa mengurangi ukuran butir asli, hingga secara visual masing-masing butiran tersebut lolos ayakan 4,75 mm (No.4) kemudian aduk ulang sampai merata.
Pembuatan Benda Uji
Siapkan peralatan yang dibutuhkan. Pasang cetakan pada keping alas kemudian ditimbang dengan ketelitian 1 g.
Pasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian dikunci dan ditempatkan pada landasan dari beton berbentuk silinder atau kubus dengan massa ± 91 kg atau lebih yang ditempatkan pada dasar yang stabil.
Timbang benda uji yang telah dipadatkan beserta cetakannya, kemudian keluarkan benda uji dari cetakan dan hitung densitas kering oven setiap benda uji dalam satuan kg/m3, dan bandingkan dengan densitas rencana.
Beri tanda pada satu benda uji dengan label metal (bahan dari kertas yang dimasukkan ke dalam plastik kedap air), yaitu benda uji No.1 termasuk pula keterangan identifikasi lainnya yang diperlukan dan gunakan untuk memperoleh data perubahan kadar air dan perubahan volume selama pengujian (Catatan 1).
Kemudian lakukan yang sama untuk benda uji No. 2 beserta keterangan lain yang diperlukan untuk memperoleh data perubahan kadar air dan perubahan volume untuk menentukan kehilangan tanah-semen selama pengujian (Catatan 1).
Letakkan kedua benda uji dalam wadah yang sesuai di dalam ruang lembap dan lindungi benda uji tersebut dari air bebas selama 7 hari. Setelah disimpan 7 hari, timbang dan ukur diameter serta tinggi benda uji No.1 untuk memperoleh data guna perhitungan kadar air dan volume benda ujinya (Catatan 2).
Prosedur Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen
a. Rendam kedua benda uji di dalam air bersih pada temperatur ruang selama 5 jam. Keluarkan kedua benda uji tersebut, selanjutnya benda uji No. 1 dikeringkan dengan kain kering, timbang dan ukur untuk mengetahui perubahan volume dan kadar air benda uji, sedangkan benda uji No. 2 disimpan untuk dimasukkan ke dalam oven.
b. Masukkan kedua benda ujike dalam sebuah oven pada temperatur(71C 3C) atau (160F 5F)minimal 42 jam.
c. Prosedur yang dijelaskan pada 5.3.1 dan 5.3.2 merupakan satu siklus (48 jam) pembasahan dan pengeringan benda uji. Rendam ulang benda uji di dalam air dan lanjutkan prosedur tersebut sampai 12 siklus (Catatan4.) Benda uji No.1 dapat dihentikan proses pembasahan dan pengeringan sebelum mencapai 12 siklus karena kemungkinan hilangnya tanah-semen akibat proses perendaman jatuh pada hari libur sehingga pengukuran menjadi tidak akurat (Catatan 5).
d. Setelah 12 siklus pengujian, keringkan benda uji sampai massa konstan pada temperatur (110 0C sesuai dengan SNI 1965:2008 dan timbang untuk menentukan massa kering oven.
e. Lakukan penghitungan perubahan volume dan kadar air pada benda uji No. 1 serta kehilangan campuran tanah-semenpada benda uji No. 2 setelah melalui pengujian 12 siklus.
Download SNI 6427:2012 Metode Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan
Password winrar : www.sipilgo.com |
Apabila sobat Sipilgo ingin mengikuti atau berlangganan artikel dari kami silahkan mengunjungi di :
Telegram | Youtube |
Post a Comment for "Uji Basah Dan Uji Kering Campuran Tanah Semen Dipadatkan"